Sampai saat ini, belum ada data kuantitatif tentang jumlah konsumsi masyarakat terhadap abon ikan. Meskipun demikian, dapat diprediksi bahwa jumlah konsumsi abon ikan relatif tinggi karena makanan olahan ini banyak digemari oleh masyarakat luas. Ritme kehidupan modern saat ini menuntut segala sesuatu yang serba cepat dan waktu yang semakin terbatas, semakin memperkuat alasan prospektifnya permintaan pasar bagi produk-produk makanan olahan siap saji, termasuk abon ikan. Indikasi peningkatan permintaan tersebut sejalan dengan informasi dari produsen abon ikan di Cisolok, Sukabumi yang menyatakan bahwa potensi permintaan abon ikan sebenarnya relatif masih tinggi. Faktor keterbatasan modal kerja membuat produsen tersebut hanya dapat memenuhi permintaan abon ikan untuk wilayah Sukabumi, Bogor, Jakarta dan Tangerang. Dengan kata lain, masih banyak permintaan abon ikan di berbagai wilayah di luar wilayah- wilayah tersebut yang belum terpenuhi. Disamping itu, bila kendala keterbatasan modal kerja dapat diatasi, sebenarnya peluang ekspor abon ikan pun masih terbuka lebar.
Di tengah banyaknya variasi produk olahan ikan, abon ikan merupakan salah satu produk yang prospektif untuk dikembangkan. Sejauh ini persaingan antar pengusaha abon ikan belum dirasakan menjadi kendala. Hal ini karena keterbatasan produksi abon ikan di Indonesia sehingga peluang pasar abon ikan dapat dikatakan masih besar. Disamping itu, juga dapat menjadi produk substitusi abon daging serta dapat menjadi komoditas ekspor. Oleh karena itu, kondisi ini merupakan suatu peluang yang bagus, baik bagi para pengusaha untuk lebih mengembangkan usahanya, maupun bagi para calon investor untuk menanamkan modalnya dalam sektor agroindustri pengolahan abon ikan di berbagai wilayah perairan Indonesia.
Abon Ikan |
Bahan:
5 kg
daging ikan
350 g
garam
1 kg
garam rebus
1 kg
gula pasir
250 g
bawang merah
75 g
bawang putih
125 g
ketumbar
250 g
lengkuas
3 lembar
daun salam
1 batang
sereh
8 g
bumbu penyedap
1 butir
kelapa
Alat:
timbangan
wajan penggorengan
pisau stainless steel, talenan
ember plastik
panci perebusan
mesin parutan
kompor
saringan kelapa mesin pengepres
saringan peniris garpu besar
sealer
baskom plastik besar, kecil k
emasan plastik
Cara membuat:
1. Ikan Marlin segar disiangi dan dipotong-potong,
kemudian direndam dalam air yang mengandung cuka 2%.
2. Potongan ikan
disusun dalam panci dan direbus selama 30-60
menit sampai daging
ikan lunak. Selama
perebusan ditambahkan garam rebus dan daun salam.
3. Daging ikan
rebus ditiriskan selama 5-10 menit, selanjutnya dipres untuk mengurangi kadar
airnya.
4. Setelah itu,
dilakukan proses pencabikan menggunakan garpu
besar sampai daging ikan menjadi serat-serat.
5. Kemudian
ditambahkan bumbu-bumbu yang telah dihaluskan dan santan kelapa.
6. Setelah bumbu
tercampur merata dalam
serat-serat daging ikan, kemudian
dilakukan penggorengan sampai
berwarna kuning kecoklatan. Selama
penggorengan, dilakukan
pengadukan agar abon ikan matang secara merata dan bumbu
meresap dengan baik.
7. Tahap berikutnya
adalah pengepresan kembali
abon ikan setelah penggorengan
untuk mengurangi kadar minyaknya.
8. Setelah dipres,
dilakukan pencabikan tahap kedua agar tidak terjadi penggumpalan abon ikan.
9. Tahap terakhir
adalah pengemasan dalam kantong plastik per
100 atau 250 gram, kemudian di seal.
Proses Pengolahan Abon Ikan
Bahan baku yang cocok digunakan dalam pembuatan abon ikan adalah ikan berdaging tebal juga harus memiliki serat kasar dan tidak
mengandung duri. Sejumlah spesies ikan yang memenuhi kriteria tersebut adalah Marlin/Jangilus (Istiophorus, sp),
Tuna, Cakalang, Ekor
kuning, Tongkol, Tenggiri dan Cucut. Spesies-spesies ini pada umumnya dapat ditangkap sepanjang tahun oleh nelayan dengan alat tangkap pancing di perairan laut dalam. Beberapa spesies ikan
air
tawar pun dapat digunakan, misalnya Nila dan Gabus. Ciri-ciri fisik yang harus
dimiliki daging ikan yang dapat dijadikan bahan baku
pembuatan abon ikan
adalah dalam kondisi segar, warna dagingnya cerah, kenyal dan
tidak berbau busuk.
Sejumlah bahan pembantu
yang biasa digunakan dalam
pembuatan abon ikan adalah rempah-rempah,
gula, garam dan penyedap
rasa. Jenis rempah-rempah yang
digunakan adalah bawang putih, ketumbar,
lengkuas, sereh
dan
daun salam. Gula yang digunakan adalah gula pasir. Gula pasir dapat memberikan rasa
lembut sehingga dapat mengurangi terjadinya pengerasan. Garam
dapur, selain
sebagai bumbu
garam dapur pun berfungsi sebagai pengawet karena kemampuannya menarik air dari dalam jaringan.
Bawang putih
mempunyai aktivitas antimikroba. Senyawa allicin
pada bawang putih
berperan memberikan aroma yang khas
serta
memiliki kemampuan
merusak protein kuman penyakit sehingga kuman tersebut mati. Sementara itu, penyedap rasa berfungsi untuk
menambah
kenikmatan rasa abon ikan yang
dihasilkan.
Proses produksi abon ikan relatif sederhana dan
mudah
dilakukan.
Pada
prinsipnya proses
pengolahan
abon ikan, diawali dengan penyiapan bahan, perebusan, pengepresan I,
pencabikan I, pemberian bumbu
dan
santan, penggorengan, pengepresan II, pencabikan II dan pengemasan.
Penyiapan bahan. Bahan baku ikan yang masih utuh dan
segar (misalnya ikan Marlin)
sebelum diproses, disiangi terlebih dahulu. Proses penyiangan ikan dilakukan dengan cara membersihkan sisik (bila ada), membuang bagian kepala, isi perut dan
maupun
sirip ikan agar
tidak mempengaruhi kualitas abon. Ikan kemudian dipotong menjadi bagian yang lebih kecil dengan ukuran 4x3x3 cm dan
dicuci dengan air
bersih yang mengalir, untuk menghilangkan darah, lendir maupun
kotoran
yang
menempel. Daging ikan yang telah
bersih kemudian direndam dalam air yang dicampur dengan air cuka. Kadar air cuka yang dipakai adalah kira-kira 2%. Ini dilakukan untuk membuat bau amis hilang.
Perebusan. Potongan ikan yang
telah direndam dalam air cuka kemudian disusun
dalam badeng (panci) dan direbus selama 30-60
menit. Proses perebusan dihentikan setelah daging ikan lunak. Selama proses perebusan ditambahkan daun salam dan garam rebus.
Pengepresan I. Ikan yang telah
direbus kemudian
dipres dengan mesin pengepres. Sebelum
dipres, daging ikan tersebut sebaiknya ditiriskan terlebih dahulu
sekitar 5-10
menit. Kemudian tulang, kulit dan
sisik ikan dibuang. Agar lebih
mudah, sebaiknya pembuangan tulang, kulit dan
sisik dilakukan pada saat daging ikan masih
dalam keadaan
panas. Tahap pengepresan
bertujuan
untuk
mengurangi
kadar air
pada
daging
ikan
yang telah direbus.
Makin sedikit kadar air yang dikandung dalam daging, maka akan makin baik pula serat-serat daging yang
dihasilkan.
Pencabikan I. Setelah daging ikan dipres, kemudian dilakukan proses pencabikan sampai menjadi serat-serat. Proses
ini dapat dilakukan dengan tangan atau dengan mesin pencabik (giling).
Pemberian bumbu dan santan. Pada tahap ini, serat-serat daging hasil pencabikan ditambahkan bahan-bahan pembantu (bumbu). Bumbu-bumbu yang ditambahkan terdiri atas bawang putih, ketumbar, lengkuas yang telah diparut dengan mesin parutan,
gula pasir, garam dapur dan santan kelapa.
Penggorengan. Setelah bumbu-bumbu tercampur secara merata
dalam
serat-serat
daging
ikan,
kemudian dilakukan penggorengan lebih kurang selama 60 menit. Selama penggorengan, secara terus menerus dilakukan pengadukan agar
abon ikan yang
dihasilkan matang secara merata dan bumbu-bumbu dapat meresap
dengan baik. Tahap penggorengan ini dihentikan apabila serat-serat
daging yang digoreng berwarna kuning kecoklatan.
Pengepresan II. Tahap produksi berikutnya adalah pengepresan kembali serat-serat daging ikan yang telah digoreng. Pengepresan tahap
kedua ini bertujuan
untuk
mengurangi kadar minyak pasca proses penggorengan.
Pecabikan II. Setelah dipres, kemudian dilakukan pencabikan tahap kedua agar tidak terjadi penggumpalan. Proses
pencabikan tahap kedua ini dihentikan setelah terbentuk produk akhir berupa abon ikan dengan tekstur yang
seragam.
Pengemasan.
Pada
tahap akhir produksi dilakukan pengemasan
produk
abon
ikan.
Jika
pengemasan tidak langsung
dilakukan, maka
produk
abon
ikan disimpan
terlebih dahulu
dalam kantong plastik
besar
di gudang penyimpanan, sebelum
dilakukan
pengemasan.
Post a Comment
Post a Comment