ADSENSE

Materi Asesmen Diagnosis Berkala

Post a Comment

Materi Asesmen Diagnosis Berkala

Permendikbud Nomor 18 Tahun 2018 menjelaskan bahwa salah satu tugas pokok guru ialah menilai atau melakukan asesmen untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa. Dalam hal ini, guru berperan melakukan diagnosis untuk melihat perkembangan belajar siswa. Apa tujuannya? Ya, seperti yang Anda pelajari pada topik sebelumnya, mengamati perkembangan belajar siswa diperlukan agar guru dapat dengan mudah memberi pengalaman belajar yang terarah dan berkelanjutan melalui pemberian umpan balik.

Akan tetapi, merancang dan melakukan asesmen menjadi tantangan yang dikeluhkan guru. Tantangan ini semakin terasa dalam kondisi pembelajaran jarak jauh seperti saat ini. Sebenarnya, asesmen seperti apa yang perlu dikuasai guru? Apakah asesmen dilakukan hanya di akhir pembelajaran? Pertanyaan tersebut menjadi pokok bahasan pada topik ini. Mari kita pelajari topik asesmen diagnosis berkala ini hingga selesai.

Seperti yang Anda ketahui, asesmen dalam pembelajaran bertujuan mengumpulkan dan mengolah informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa. Dalam hal ini, mengukur seberapa jauh kemajuan belajar siswa berarti akan mengukur kemajuan belajar guru. Mengapa demikian? Jika guru mampu mendiagnosis kebutuhan belajar siswa, apa yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan berarti secara langsung guru dapat merefleksikan pembelajaran yang telah dilakukan. Hasil asesmen yang diperoleh dapat digunakan untuk menentukan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan belajar siswa.

 

Lantas, asesmen seperti apa yang dibutuhkan guru? Apakah asesmen hanya berupa tes tertulis? Miskonsepsi yang sering terjadi asesmen dilakukan secara terbatas dalam tes tertulis di akhir pembelajaran. Padahal asesmen tidak hanya dilakukan di akhir materi pembelajaran. Bagaimana bisa? Kita perlu mengetahui bahwa asesmen pembelajaran dikategorikan dalam tiga jenis, diantaranya:

Asesmen terhadap pembelajaran (assessment of learning)

Asesmen untuk pembelajaran (assessment for learning)

Asesmen sebagai pembelajaran (assessment as learning)









Asesmen terhadap proses belajar atau asesmen sumatif bertujuan menentukan tingkat pencapaian hasil belajar siswa yang dilakukan di akhir materi pembelajaran. Di sisi lain, asesmen untuk dan sebagai pembelajaran dikenal pula dengan asesmen formatif. Pada asesmen formatif guru mengumpulkan informasi yang membantu guru memberi umpan balik dan tindak lanjut proses belajar. Selain membantu guru, asesmen formatif juga membantu siswa memperbaiki cara belajar dengan menentukan kembali strategi belajar yang sesuai dengan kebutuhannya. Hal ini sesuai dengan cara 5M membangun keberlanjutan yang telah Anda pelajari di topik awal.

 

Akan tetapi, seringkali guru hanya berfokus pada asesmen sumatif yang menekankan perolehan hasil belajar siswa. Padahal, siswa lebih membutuhkan pengalaman belajar yang berorientasi pada proses, umpan balik dan tindak lanjut pencapaian belajar. Bukan hanya sekedar penugasan melalui tes dan skor nilai. Terlebih dalam kondisi pembelajaran jarak jauh saat ini, asesmen formatif perlu menjadi prioritas utama dibanding asesmen sumatif. Mengapa demikian? Jawaban ini dapat Anda peroleh jika memahami tujuan dan prinsip asesmen formatif. Silakan cermati infografis berikut. Anda dapat mencatat poin-poin penting yang diperoleh mengenai tujuan dan prinsip asesmen formatif.






Berdasarkan tujuan dan prinsip asesmen formatif dapat diketahui bahwa asesmen formatif merupakan penilaian yang berorientasi pada proses pembelajaran agar siswa memperoleh umpan balik dari guru untuk memperbaiki capaian belajarnya. Umpan balik dan tindak lanjut dalam asesmen formatif diperlukan agar siswa memaknai pengalaman belajar yang telah dilakukan, tidak hanya hasil yang telah dicapai.

Orientasi pada proses sebagai salah satu prinsip asesmen formatif pada pelaksanaannya dilakukan secara berkala dan berkelanjutan. Tidak hanya dilihat dari hasil akhir saja, tetapi guru memantau perkembangan proses belajar siswa, memberi umpan balik dan tindak lanjut dari hasil yang diperoleh. Jika pada topik sebelumnya Anda telah mempelajari asesmen diagnosis awal, guru juga perlu melakukan asesmen diagnosis secara berkala. Terlebih pada pembelajaran jarak jauh, asesmen diagnosis berkala dapat digunakan untuk memetakan kemampuan belajar siswa.

Jika dikaitkan dengan tujuan dan prinsip asesmen formatif, asesmen diagnosis berkala dapat pula dikatakan sebagai asesmen formatif. Mengapa demikian? Berikut terdapat infografis tujuan dan prinsip asesmen diagnosis berkala. Anda dapat membandingkan dengan tujuan dan prinsip asesmen formatif untuk mencari keterkaitan antar keduanya.









Langkah-Langkah Merancang Asesmen Diagnosis Berkala

Sebagaimana yang Anda ketahui, kemampuan dan kompetensi siswa dalam menguasai suatu materi berbeda-beda. Setiap siswa memiliki keunikan yang menjadi identitas pada dirinya. Ada siswa tertentu yang cepat menguasai suatu topik pembelajaran, tapi belum tentu menguasai pada topik yang lain. Maka dari itu, asesmen diagnosis berkala diperlukan guna memetakan kemampuan semua siswa di kelas secara cepat. Dalam hal ini, asesmen diagnosis berkala dapat digunakan untuk mengetahui siapa saja yang sudah paham, siapa saja yang agak paham, dan siapa saja yang belum paham. Dengan demikian, Anda dapat menyesuaikan materi pembelajaran dengan kemampuan siswa. Terutama pada kondisi pembelajaran jarak jauh saat ini, penting bagi guru untuk melakukan asesmen diagnosis berkala agar kebutuhan belajar murid dapat terpenuhi walaupun dilakukan secara jarak jauh.

Lantas, bagaimana merancang asesmen diagnosis berkala? Asesmen diagnosis berkala dapat dirancang melalui tiga tahapan, yaitu:

Persiapan

Pelaksanaan

Tindak lanjut

Bagaimana penjelasan setiap tahapannya? Silakan pelajari infografis berikut dan cermati setiap tahapan yang dipaparkan. Kemudian, Anda dapat memulai untuk merancang asesmen diagnosis berkala sesuai dengan kebutuhan dan kondisi siswa Anda















Related Posts

Post a Comment

mgid